• Jelajahi

    Copyright © WARTA INDONESIA NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Menu Bawah

    YRII Sulteng Gelar Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Lintas Agama

    13 Agu 2025, 16:21 WIB Last Updated 2025-08-13T09:21:59Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     


    Palu, Wartaindonesianews.co.id — Yayasan Relief Islami Indonesia (YRII) Wilayah Sulawesi Tengah menggelar Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) selama tiga hari, mulai Rabu (13/8) hingga Jumat (15/8) di Sriti Convention Hall, Palu.


    Kegiatan ini diikuti 30 peserta yang terdiri dari 10 perwakilan agama Islam, 10 perwakilan agama Kristen, dan 10 perwakilan agama Hindu. Pelatihan menghadirkan Tim Trainer dari PMI Kota Palu, dengan materi yang mencakup prinsip pertolongan pertama, penanganan psikologis, biomekanika trauma, penanganan pendarahan, cedera otot, hingga pemindahan korban dalam kondisi darurat.


    Koordinator YRII Wilayah Sulteng, Fahmi Rahmatna, dalam sambutannya menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program yang selama ini dijalankan bersama BPBD Provinsi Sulteng, BPBD Kota Palu, dan BPBD Kabupaten Sigi. Program tersebut melibatkan tiga rumah ibadah sebagai pilot project ketangguhan bencana: GPID Jono Oge (Kabupaten Sigi), Masjid Jami Al Hidayah (Besusu Barat, Kota Palu), dan Pura Agung (Talise, Kota Palu).



    “Pengalaman bencana 2018 menunjukkan bahwa rumah ibadah menjadi tempat perlindungan awal masyarakat. Karena itu, rumah ibadah harus siap menerima warga dalam situasi darurat, sekaligus menjadi pusat penguatan ketangguhan masyarakat melalui nilai-nilai agama,” ungkap Fahmi.


    Sebelum pelatihan ini, YRII telah mengundang tokoh lintas agama untuk berdiskusi mengenai kebutuhan mereka dalam membangun masyarakat yang tangguh bencana. Pendekatan berbasis ajaran agama dipilih agar pemahaman dapat lebih mudah diterima oleh jamaah.


    Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulteng, Dr. Ir. Akris Fattah Yunus, MM, yang membuka kegiatan secara resmi, menegaskan bahwa kesiapsiagaan harus dimulai sejak sekarang. “Jangan sampai kita berpikir bahwa bencana besar akan terjadi lagi dalam waktu yang lama. Itu berbahaya. Jika generasi saat ini tidak meletakkan dasar pemahaman terkait pengurangan risiko bencana, maka kita akan menjadi korban yang tidak terselamatkan,” ujarnya.

    Akris juga mengingatkan bahwa tanggung jawab dalam pengurangan risiko bencana bukan hanya milik pemerintah, tetapi juga masyarakat, NGO, dan organisasi kemasyarakatan. “Setelah pelatihan ini, peserta diharapkan dapat menularkan ilmunya kepada rekan dan masyarakat agar lebih banyak yang paham. Minimal, jika bencana terjadi, kita bisa berkontribusi mengurangi korban,” tambahnya.


    Materi pelatihan dibagi menjadi tiga hari. Hari pertama membahas Prinsip Umum Pertolongan Pertama, Pertolongan Pertama Psikologis, Penilaian Pertolongan Pertama, dan Biomekanika Trauma. Hari kedua meliputi penanganan Sumbatan Jalan Nafas, Pendarahan dan Syok, serta Cedera Otot Rangka. Hari ketiga fokus pada Pengangkutan dan Pemindahan Korban, Penanganan Korban Tenggelam, dan Pertolongan Korban Banyak.


    Melalui pelatihan lintas agama ini, YRII berharap tercipta sinergi antarumat beragama dalam membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana.

    Pewarta: Junaidi AM 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini