Pangandaran, warataindonesianews.co.id– Telah terjadi lagi kasus dugaan keracunan yang menimpa delapan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Attarbiyah, Leuwiliang, Desa Kertajaya, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, kembali memunculkan menjafo sorotan publik terhadap kualitas penyelenggaraan program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Peristiwa yang terjadi pada hari Rabu 01 Oktober 2025, seharunya menjadi bahan evaluasi pengurus SPPG, baik dari segi memasak, menyimpan bahan baku, penyajian dan pengawalan saat distribusi makanan untuk anak sekolah juga perlu pengawasan yang lebih ketat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, Yadi Sukmayadi, mengungkapkan pihaknya segera melakukan penanganan begitu menerima laporan adanya siswa yang mengalami gejala keracunan. Tim medis langsung mengevakuasi para korban ke Puskesmas Cigugur serta mengambil sampel makanan dan muntahan untuk diuji di laboratorium.
Seorang Guru MI Attarbiyah, Tati, menyebutkan bahwa menu yang disajikan pagi itu berupa capcay, tahu, ayam kecap, dan buah. Tidak ada tanda-tanda makanan basi atau berbau aneh. Namun, tak lama setelah menyantapnya, sejumlah siswa mulai mengalami keluhan seperti mual, pusing, sakit perut, lemas, hingga muntah.
“Awalnya terlihat normal, tapi beberapa menit kemudian anak-anak mengeluhkan pusing dan mual, bahkan ada yang muntah,” tuturnya.
Walaupun sisea yang diduga keracunan MBG sudah berangsur membaik, tapi Agar supaya peristiwa ini tidak terjadi lagi, maka ini semua perlu kontrol yang baik melibatka beberapa unsur, dari Dinas-dinas terkait dan publikasi tabel makanan dari SPPG,dan Ahli Gizi harus mencantumkan kadar gizinya.
Hingga makanan bergizi gratis yang tujuannya meniningkatkan Gizi untuk anak sekolah, jangan sampai menjadi ancaman kesehatan buat siswa-siswi tersebut.
Pewarta : Nur Z