Bogor, wartaindonesianews.co.id– Bayangkan politik tanpa korupsi, tanpa intrik, tanpa ujaran kebencian. Utopis? Mungkin tidak, jika kita menengok sejarah dan mempertimbangkan kembali peran partai Kristen di Indonesia. Di tengah politik yang semakin gaduh, mungkinkah kita menemukan kembali "nilai yang terlupakan" ini sebagai solusi yang kita cari? Seperti kata pepatah Sunda, "Kudu bisa ngeureut jeung nilik" (harus bisa membagi dan melihat dengan jeli), kita perlu cerdas memilih jalan yang tepat.
Sejarah politik Indonesia mencatat peran penting partai-partai Kristen seperti Parkindo, Partai Katolik, PDKB (Partai Demokrasi Kasih Bangsa), dan PDS (Partai Damai Sejahtera). Mereka bukan sekadar hadir, namun juga berhasil meraih kursi yang signifikan di parlemen, menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini. Mari kita telusuri jejak langkah mereka:
- Parkindo: Partai ini telah eksis sejak era Orde Lama, menjadi wadah aspirasi umat Kristen Protestan. Pada Pemilu 1955, mereka berhasil meraih 8 kursi di parlemen. Parkindo dikenal gigih memperjuangkan keadilan sosial, kesetaraan, dan hak-hak minoritas. Kader-kadernya banyak berkiprah di bidang pendidikan dan pelayanan masyarakat, dengan nilai-nilai solidaritas dan pengabdian sebagai landasan utama perjuangan mereka.
- Partai Katolik: Mewakili aspirasi umat Katolik di Indonesia, partai ini juga memiliki peran penting dalam sejarah politik Indonesia. Pada Pemilu 1955, mereka meraih 6 kursi. Partai Katolik berjuang untuk mewujudkan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang perbedaan agama atau latar belakang. Nilai kemanusiaan dan pelayanan kepada sesama menjadi komitmen utama mereka.
- PDKB: Hadir sebagai angin segar di era reformasi, PDKB mengusung semangat kasih dan persatuan. Pada Pemilu 1999, mereka berhasil meraih 5 kursi. PDKB mencoba merangkul berbagai elemen masyarakat, tanpa memandang perbedaan, dengan fokus pada isu-isu kebangsaan, kerukunan antar umat beragama, dan perdamaian. Nilai kasih, persaudaraan, dan toleransi menjadi fondasi utama gerakan mereka, membangun jembatan persatuan di tengah perbedaan.
- PDS: Partai ini sempat menjadi kekuatan yang cukup diperhitungkan di era awal reformasi. Pada Pemilu 2004, mereka meraih 13 kursi. PDS memiliki fokus pada pembangunan ekonomi yang berkeadilan, pemberdayaan masyarakat kecil, serta penegakan etika dan moralitas dalam politik. Mereka berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan bagi semua, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab, memastikan setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Lebih dari sekadar angka perolehan kursi, partai-partai Kristen ini dikenang karena integritas dan komitmen mereka terhadap nilai-nilai moral. Di tengah hiruk pikuk politik yang seringkali diwarnai praktik-praktik yang kurang terpuji, ada dua fakta yang tak terbantahkan:
1. Tidak ada satu pun kader partai Kristen yang terbukti terlibat kasus korupsi.
2. Tidak ada satu pun kader partai Kristen yang bikin gaduh atau melontarkan pernyataan politik yang menyakiti hati rakyat.
Di era di mana korupsi sudah dianggap "biasa" dan politisi berlomba-lomba mencari sensasi, kehadiran partai yang menjunjung tinggi integritas dan etika menjadi sangat krusial. Ini bukan hanya soal "tidak korupsi", tapi soal membangun fondasi moral bagi bangsa. Seperti peribahasa Jawa "Ajining diri gumantung ing lathi, ajining raga gumantung ing busana" (harga diri seseorang tergantung pada ucapan, kualitas diri tergantung pada penampilan), integritas dan etika adalah cerminan kualitas diri yang sesungguhnya, yang tercermin dalam setiap tindakan dan keputusan.
Partai Kristen, dengan nilai-nilai universal yang diinspirasi oleh ajaran Kristiani, menawarkan alternatif yang segar dan relevan. Mereka tidak hanya berjanji untuk tidak korupsi, tapi juga berkomitmen untuk:
- Mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi atau golongan, memastikan setiap kebijakan yang diambil berorientasi pada kesejahteraan seluruh masyarakat.
- Menjunjung tinggi keadilan dan kesetaraan bagi semua warga negara, tanpa memandang agama, suku, atau ras, menciptakan ruang yang inklusif bagi setiap individu untuk berkembang dan berkontribusi.
- Berpolitik secara santun dan konstruktif, tanpa ujaran kebencian atau provokasi, membangun budaya dialog yang sehat dan menghasilkan solusi yang terbaik bagi bangsa.
Indonesia saat ini sedang mengalami polarisasi politik yang mengkhawatirkan. Kelompok-kelompok yang berbeda pandangan saling serang, ujaran kebencian merajalela di media sosial, dan dialog yang konstruktif semakin sulit dilakukan. Dalam situasi seperti ini, kehadiran partai Kristen bisa menjadi jembatan penghubung, merajut kembali persatuan yang mulai terkoyak.
Dengan nilai-nilai universal yang mereka anut, partai Kristen dapat menjadi penengah yang adil, mengajak semua pihak untuk berdialog, dan mencari solusi bersama. Mereka dapat menjadi agen perdamaian, membawa semangat rekonsiliasi dan membangun konsensus untuk kepentingan bangsa.
Tentu saja, mendirikan partai Kristen bukanlah solusi instan untuk semua masalah bangsa. Namun, dengan belajar dari sejarah dan menatap masa depan, partai Kristen dapat menawarkan:
- Representasi yang lebih baik bagi kelompok minoritas, memastikan suara mereka didengar dan kepentingan mereka diperjuangkan.
- Alternatif politik yang berlandaskan nilai-nilai moral dan etika, memberikan contoh kepemimpinan yang bersih, jujur, dan bertanggung jawab.
- Kontribusi positif bagi pembangunan bangsa yang inklusif dan berkelanjutan, menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera bagi semua.
Jika Anda merindukan politik yang lebih bersih, lebih santun, dan lebih berpihak pada rakyat, mari kita dukung wacana partai Kristen! Ini bukan hanya soal agama, tapi tentang keberanian untuk menyalakan harapan dan mengukir sejarah baru bagi Indonesia yang kita cintai.
Oleh: Kefas Hervin Devananda (Romo Kefas)
Aktivis dan Rohaniwan, Jurnalis Pewarna Indonesia, serta Wakil Sekretaris Jenderal Partisipasi Kristen Indonesia, yang percaya bahwa setiap kita memiliki peran untuk menciptakan politik yang lebih beradab dan menginspirasi.