• Jelajahi

    Copyright © WARTA INDONESIA NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Menu Bawah

    Konsep Thoyib: Merawat Air untuk Menjaga Ekonomi dan Industri Pantura Semarang

    23 Okt 2025, 13:59 WIB Last Updated 2025-10-23T06:59:19Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     








    Foto: dr.Agus Ujianto Ketua PP Ika Unissula Semarang 


    Semarang, wartaindonesianews.co.id --Banjir rob di kawasan Pantura Semarang, terutama di sekitar Kaligawe dan Kawasan Industri Terboyo, bukanlah sekadar bencana tahunan, melainkan krisis ekonomi berkelanjutan yang mengancam urat nadi distribusi nasional. 


    Gangguan pada Jalur Pantura dan terendamnya kawasan industri bukan hanya merugikan pabrik, tetapi juga memutus rantai hilirisasi produksi dan melemahkan daya beli masyarakat setempat.


    Oleh karena itu, diperlukan Manajemen Air Berbasis Konsep Thoyib—yaitu solusi yang tidak hanya "benar" secara teknis (ilmiah) tetapi juga "baik" (adil, berkelanjutan, dan memberikan manfaat maksimal) bagi ekosistem dan ekonomi masyarakat (geo-demografi).


    1. Ancaman Ekonomi dan Distribusi (Aspek Geografi-Ekonomi)

    Kawasan Kaligawe dan Terboyo adalah pintu gerbang logistik yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Timur. Genangan rob di titik ini memiliki dampak berantai yang sangat merugikan:

    Lumpuhnya Distribusi Pantura: Banjir rob di Jalan Kaligawe menyebabkan kemacetan parah dan kerusakan kendaraan (khususnya truk logistik). Hal ini secara langsung meningkatkan biaya dan waktu pengiriman barang, mulai dari hasil pertanian di hulu hingga produk manufaktur dari kawasan industri.








    Kerugian Industri Terboyo: Kawasan Industri Terboyo sering terendam, mengganggu proses produksi dan bongkar muat barang. Ketika produksi terhambat, rantai pasok dari hulu (pemasok bahan baku) hingga ke hilir (distribusi produk akhir) menjadi terputus, yang pada akhirnya menurunkan daya saing produk Pantura.


    Krisis Jangka Panjang: Ancaman rob yang permanen membuat investor berpikir ulang. Jika masalah ini tidak tuntas, investor berpotensi "lari" dari Semarang, mengancam ketersediaan lapangan kerja dan pendapatan daerah.


    2. Solusi Thoyib: Perlindungan Total dan Keberlanjutan

    Konsep Thoyib dalam tatalaksana air di Kaligawe mensyaratkan solusi yang mengatasi tiga masalah utama secara simultan: curah hujan, air laut pasang (rob), dan penurunan muka tanah (subsidence).


    A. Perlindungan Fisik (Thoyib secara Ilmiah dan Teknik)

    Solusi permanen harus bersifat komprehensif (tidak hanya memindahkan genangan) dan integratif:

    Pembangunan Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall) Terpadu: Infrastruktur seperti Jalan Tol Semarang-Demak yang berfungsi ganda sebagai tanggul laut raksasa dan sistem polder, merupakan solusi teknis utama. 








    Tanggul ini mengisolasi kawasan rentan (termasuk Terboyo) dari air rob pasang, sementara di sisi darat dibangun kolam retensi dan rumah pompa berkapasitas besar. Sistem ini harus dipastikan berfungsi sempurna untuk memompa air hujan dan air sisa rob keluar.


    Menghentikan Subsidence: Ini adalah kunci keberlanjutan. Pemerintah harus mengendalikan keras penggunaan Air Bawah Tanah (ABT), terutama oleh industri dan komersial, di wilayah Kaligawe. Pengendalian ABT wajib diganti dengan penyediaan air bersih terpusat. Menghentikan penurunan tanah adalah upaya "Thoyib" karena memperbaiki akar kerusakan alam.


    B. Pemberdayaan Masyarakat (Thoyib secara Sosial dan Demografi)

    Keberhasilan proyek raksasa tidak ada artinya tanpa dukungan masyarakat.


    Pengelolaan Bersama Infrastruktur: Masyarakat pesisir tidak boleh hanya menjadi objek. Mereka harus dilibatkan dalam pemeliharaan tanggul, polder, dan operasional pompa kecil di permukiman mereka. Hal ini menciptakan rasa kepemilikan dan menjamin infrastruktur berfungsi optimal.








    Adaptasi Bertahap: Bagi permukiman yang sudah terlampau rendah, pemerintah perlu memfasilitasi adaptasi, seperti peninggian lantai rumah secara terstruktur atau relokasi berbasis kesukarelaan. Ini merupakan upaya "Thoyib" dalam memberikan pilihan hidup yang layak bagi warga.


    Pemanfaatan Ekologis: Di luar area tanggul keras, program penanaman mangrove harus terus digalakkan sebagai solusi soft engineering. Mangrove adalah pelindung pantai alami yang menjaga ekosistem dan sekaligus menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat nelayan dan tambak.


    3. Implikasi Positif (Hilirisasi dan Ketahanan Ekonomi)

    Jika Manajemen Air Thoyib ini berhasil diterapkan, dampaknya terhadap ekonomi akan bersifat eksponensial:

    Kelancaran Distribusi: Jalur Pantura yang kering dan aman menjamin kelancaran distribusi barang, secara otomatis menurunkan biaya logistik dan mempercepat pergerakan produk dari industri Tervoyo ke pasar.








    Kepastian Investasi: Wilayah yang terproteksi memberikan kepastian hukum dan lingkungan bagi Lawasan Industri Tervoyo, sehingga mendorong re-investasi dan menarik investasi baru, yang berarti terbukanya lapangan kerja bagi warga Semarang.


    Penguatan Sektor Informal: Masyarakat lokal yang terlindungi dari rob dapat menjalankan aktivitas ekonomi mereka (warung, jasa, transportasi) tanpa hambatan, sehingga daya beli dan pendapatan mereka menguat.


    Penerapan Konsep Thoyib mengajarkan bahwa pengelolaan air di Kaligawe dan Terboyo bukan sekadar urusan teknis, melainkan tanggung jawab moral untuk menjaga keseimbangan alam dan menjamin keberlangsungan ekonomi masyarakat dan industri Pantura.

    Pewarta: Nur S 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini